Perkembangan penduduk yang kian padat, kebutuhan sumber daya yang besar, dan berbagai permasalahan global lainnya menuntut segala aspek kehidupan harus disiasati dengan lebih kreatif dan inovatif. Ini termasuk bidang desain interior dan arsitektur bangunan dan lingkungan.

Menurut arsitek dan penulis Prabham Wulung, di tengah tekanan kebutuhan pangan dan energi dunia para desainer harus memikirkan daya dukung lingkungan dari setiap produk dan ide yang dihasilkan. Kepekaan terhadap ekologi menjadi hal mutlak yang harus dipikirkan dan diimplementasikan pada sebuah karya.
“Harus ada kesadaran bahwa bumi merupakan tempat tinggal disekarang dan masa datang. Bersikap lokal namun berpikir global merupakan kata kunci untuk menghasilkan produk yang membumi dan langsung bermanfaat bagi lingkungan,” ujarnya saat diskusi karya Eco Local Architecture Exhibition di Jakarta.
Pameran ini diikuti Andi Pratama (ANDP arsitek), Aribowo D. Sukaton (ADS studio), Erick Budhi & Budiarti Prananingrum (BEstudio), Farrizky Astrawinata & Priyanto (Moreids), Michael J. Brohet (MJB architects), Noerhadi Kritz (RDMA), dan Sigit Kusumawijaya (SIG architect & urbandesigner). Setiap karya yang dipamerkan membawa kesamaan pesan yaitu unggul dalam hal desain, sesuai konteks, namun juga ramah lingkungan.
Setiap arsitek melakukan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi permasalahan ataupun batasan untuk mendapatkan solusi desain arsitektur yang tepat guna. Penggunaan material lokal juga merupakan salah satu cara untuk mengusung arsitektur eco dalam hal mengurangi jejak karbon. Intinya, penerapan Eco Local Architecture secara komprehensif.
“Setiap desain yang ditampilkan di sini terbuka untuk didiskusikan maupun di-review sehingga semua pihak bisa mendapatkan pemahaman dan wawasan baru mengenai konsep eco yang ingin diterapkann pada sebuah bangunan,” pungkasnya.
Sumber : www.housing-estate.com